About this blog

Deteksi dan Diagnosa Anak CIBI

            Dengan berubahnya cara pandang, teori, dan model pendidikan anak cerdas dan berbakat istimewa, maka penegakan diagnosa dan pemberian layanan keberbakatan juga menjadi sangat fleksibel. Sekalipun tes psikologi tetap diadakan, namun tes ini adalah bagian dari proses pembuatan keputusan. Opini orang tua, guru, dan murid merupakan hal yang harus diperhitungkan dalam proses pengambilan keputusan itu (Mönks & Pflüger, 2005). Penentuan siswa cerdas dan berbakat istimewa setidaknya melewati dua tahapan, yaitu deteksi dan diagnosa.


Deteksi

Deteksi adalah upaya untuk menemukan atau mengidentifikasikan seorang anak yang berkemungkinan merupakan individu cerdas dan berbakat istimewa. Deteksi sebaiknya dilaksanakan sedini mungkin agar anak segera mendapatkan penanganan yang lebih khusus sesuai dengan kondisinya, serta untuk mencegah anak mengalami kondisi underachiever yang justru dapat menyebabkan kekeliruan interpretasi guru dan orang tua terhadap anak.
Deteksi dapat menggunakan daftar yang meliputi berbagai sinyal yang ditampilkan siswa (tumbuh kembang, personalitas, dan inteligensi). Deteksi dapat dilakukan pada awal anak masuk sekolah, dan saat anak sudah berada di bangku sekolah. Deteksi dapat dilakukan dengan cara pengamatan/observasi (ceklist), wawancara terhadap orang tua, serta laporan orang tua yang perlu segera ditanggapi dengan melakukan pengamatan atau observasi.
Adapun data-data pelengkap (selain data sinyal/gejala berkecerdasan dan berbakat istimewa) yang perlu diambil baik melalui observasi atau berbagai laporan sebelumnya, di sekolah maupun di rumah, meliputi berbagai aspek. Aspek-aspek tersebut yaitu kondisi internal murid seperti, perkembangan fisik dan gangguan biologis, perkembangan psikologis (intelektual dan perkembangan kognitif, motivasi dan emosi, kreativitas, perkembangan bahasa dan wicara, perkembangan motorik, perkembangan sosial-komunikasi, pengetahuan umum, perilaku belajar, gaya berpikir, strategi pemecahan masalah, pemilihan permainan dan material, kekhususan atau kemampuan/keterampilan lain); dan kondisi eksternal murid (leluarga, peer group, sekolah, budaya) (Van der Heide, dkk, 2000; Van Gerven & Drent, 2000).

Diagnosa

Diagnosa adalah tahap kedua dalam upaya mengidentifikasi anak cerdas dan berbakat istimewa dimana upaya-upaya deteksi sudah dilaksanakan dan anak didik sudah terdeteksi kemungkinan sebagai anak cerdas dan berbakat istimewa. Beberapa data yang diperlukan untuk menegakkan diagnosa didapatkan melalui observasi, pemeriksaan didaktif, dan pemeriksaan psikodiagnostik.
Observasi dilakukan dengan menganalisa aspek-aspek yang menunjukkan kecerdasan dan keberbakatan secara spesifik, yaitu interaksi antara faktor motivasi dan inteligensi yang tinggi, serta komitmen terhadap tugas yang melebihi teman-teman sebayanya. Pemeriksaan didaktif dilakukan terutama untuk mengetahui apakah anak atau siswa memiliki lompatan perkembangan, sehingga pemeriksaan ini harus meliputi semua facet perkembangan. Contohnya pada bidang-bidang seperti orientasi pandang ruang (spasial), motorik, pengenalan anggota badan, orientasi waktu, pengenalan lingkungan, bahasa, dan gaya berpikir, kemampuan membaca dan menulis, dan hitungan sederhana. Sedangkan pemeriksaan psikodiagnostik merupakan jenis pemeriksaan yang lebih terstruktur dan terstandarisasi

Sumber : http://ppb.jurnal.unesa.ac.id/bank/jurnal/Artikel_Ina.pdf

0 comments:

Post a Comment

Anda Pengunjung Ke

Powered by Blogger.

Followers

Visitors